Sabtu, 05 Februari 2011

Kelindan Labirin


I
Jalan ke arahmu merupakan jalinan labirin
Setiap tikungan yang kuduga menuju tepi
Selalu saja menyeretku ke pusat
Sementara ragu dan cemburu
Yang kudekapkan di dada
Tak hendak melepas cengkaman di bahu dan tengkukku
Mungkin engkau menduga aku akan mengawasimu
Mengintai kapan pesona kau tebarkan
Kepada gelas mana anggur kautuangkan
Dengan siapa kau bersulang
Seperti bayangan yang menguntit
Ke arah mana engkau berkelit
Namun, jalan ke arahmu adalah jalinan labirin
Yang enggan diurai kelindannya

II
Di tepian lorong labirin itu berjajar pepohonan
Di batang yang berbeda, tergurat nama kita
Dan nama kekasih pertama kita
Di batang-batang yang lain
Nama kekasih-kekasih kita yang lain lagi
Kini, di batang yang satu ini
Kita tak hendak mengguratkan nama siapa pun
Bukan disebabkan enggan melukai
Tetapi karena memuja kewadagan bentuk
Bukan lagi wilayah permainan kita
Sungguh. Nama kita telah tertakik
Dalam garis-garis lingkar-tahunnya
Terekat getah bening yang meresapi
Sekujur pokoknya

III
Sepertinya engkau tahu
Mencintaiku adalah mencintai kemungkinan
Dan engkau berusaha meyakinkanku
Bahwa tetap itulah yang kauputuskan
Kupikir, samar saja kaupahamiku
Samar kaupahami segala dusta dan keculasanku
Namun, dalam kesamaran itu kau bertahan
Sedikit lebih lama daripada yang lain
Itu juga sebuah kemungkinan
Seperti kalimat terbuka yang menunggu titik
Mungkin tidak dalam sehari dua
Tapi tak juga akan selamanya
Karena mencintaiku adalah mencintai kemungkinan
Dan kemungkinan kerap membuat tak nyaman
Jiwa yang terbuai kepastian

IIII
 Sebagai sebuah kemungkinan
Aku menyusuri labirin ke arahmu
Tak penting berapa lama aku tersesat
Bahkan kalau pun tak kucapai ujungmu
Karena bertahan dalam labirin ini
Berarti bertahan di dalammu....



Inzan Rumazha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan luapkan komentarmu BEBAS TAPI SOPAN